RUHIYAH
Kalbu kita memiliki ruh, yang karenanya ia bisa hidup, sakit atau mati. Ruh didalam kabu inilah yang kan menjadi kekuatan perubahan menuju kebaikan. Dimana kualitas kekuatannya akan pararel dengan kehidupan kalbu. Artinya semakin hidup kalbu kita, semakin kuat pula energi perubahan yang akan kita miliki. Pun demikian halnya, jika ia semakin lemah, akan semakin lemah pula energi yang ada. Adapun kematiannya, berarti menihilkan energi perubahan itu sendiri.
Padahal, ruh kalbu inilah tempat semua kebaikan manusia berasal. Karena darinya akan muncul kekuatan pendengaran, penglihatan, rasa malu, harga diri, keberanian, kesabaran, serta seluruh sifat terpuji yang lain. Termasuk terbentuknya karakter ‘benci keburukkan’. Hingga jika pun ada banyak keburukkan dibenangkan di hadapan kita, kalbu yang hidup dan berkarakter ‘benci keburukkan’ akan dengan mudah berpaling darinya. Sebab, ia memang membencinya.
Allah memberitahukan bahwa kehidupan kalbun ada di dalam iman. Sebagaiman firman-Nya “Apakah orang yang sudah mati (hatinya), kemudian kami hidupkan dan kami berikan padanya cahaya yang terang, yang dengannya dia berjalan-jalan di tengah-tengah manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada di dalam kegelapan yang sekali-kali dia tidak dapat keluar darinya?”
QS. Al An’am :122
Perubahan karena iman
Keputusan untuk beriman kepada Allah adalah sebuah keputusan besar dalam hidup kita. Jika kalbu kita adalah ladang, maka iman adalah benih unggul sebuah pohon besar dan rindang. Akar pohon ini menghujam kuat dengan keteduhan yang dirindukan semua musafir serupa orang haus merindu air. Buahnya yang ranum dan lebat, tumbuh sepanjang tahun tak kenal musim. Dengan demikian, menjalani hidup sebagai hamba yang beriman, mestinya adalah seluruh proses memanen buah dengan kebahagiaan yang membuncah tanpa kenal lelah.
Bersama iman proses perubahan menuju kebaikan menemukan bentuknya. Sebab, ketika kita mengatahui bahwa prestasi tertinggi dalam hidup adalah ridha Allah, pencarian kita akan hakikat prestasi telah dimulai. Dan ia akan berlangsung sepanjang hayat kita, hingga kematian datang menjemput. Sakratul maut pun kita sambut tanpa rasa takut.
Untuk itu, kita membutuhkan ilmu yang kan memberi cahaya agar semua yang ada terlihat sebagaimana seharusnya. Hitan terlihat hitam, putih terlihat putih. Benar tampak benar, dan yang salah pun tidak menjadi samar-samar. Untuk akhirnya kita bisa memilah dan memilih dengan tepat. Hingga kita tidak tersesat, baik diawal perjalanan maupun di tengah-tengahnya. Agar pula ridha Allah bukan sebuah utopia. Meninggi dilangit angan-angan kita, seolah menjangkaunya adalah sebuah kemustahilan.
Tapi kita juga mebutuhkan iman yang menghihupkan kalbu. Agar ia berubah menjadi energi perubahan mencari dimana ridha Allah itu berada. Sebab rudha Allah berada di wilayahnya sendiri. Sehinggan seringkali tak dimengerti si pandir, atau tak sejalan dengan keinginan nafsuh. Terkadang ia berada di wilayah pengorbanan waktu, tenaga, harat, pikiran, bahkan nyawa. Terkadang ia ada dalam keadaan lapang atau sempit, kaya atau miskin. Ia berada di seluruh keadaan kita, saat kita kuat atau lemah, rela maupun terpaksa. Dan, kita harus selalu siap!
Kenapa Tidak Berubah
Jadi, jika status keislaman kita ternyata tidak menuntun kita menjalani perubahan ke arah yang lebih baik, berarti ada yang salah. Sebab Umar bin Khatab yang telah di hidupkan hatinya oleh Allah dengan iman, menjadi tidak sam dengan Abu Jahl yang tetap dalam kekafiran. Karena iman adalah ruh dan cahaya, sedang kekafiran adalah kematian dan kegelapan.
Allah berfirman, “Dan demikianlah, kami wahyukan kepadamu suatu ruh dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidak mengetahui apakah al-kitab dan iman itu, tetapi kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang dengannya kami tunjuki siapa yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Sesungguhnya, kamu benar-benar memberi petunjuk kepda jalan yang lurus”. (Asy-Syuura : 52)
Bersama islam, kita menjadi tahu mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya. Mana yang halal dan mana yang haram. Mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang diridhai dan mana yang di murkai. Yang kesemuanya itu tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Bersamanya pula kita menjalani hari-hari dengan kerja keras mencari ridha Allah dan menghindari murka-Nya. Seharusnya hidup menjadi lapang dan tenang bersama islam.
Mari kita berubah. Agar iman kita tidak mandul, hinggga panen besar yang kita nanti terancam gagal.
0 komentar:
Posting Komentar