CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Selasa, 28 April 2009

FUNGSI TIDUR

1. Memelihara fungsi jantung

Menurut teori , tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung norma pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut per menit atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik yang sempurna. Akan tetapi selama tidur denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut jantung 10 hingga20 kali lebih sedikit dalam setiap menit selama tidur atau 60 hingga 120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Secara jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung.

2. Memperbaiki proses biologis secara rutin

Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak (horne, 1983; Medleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm, 1988). Akan tetapi Horne (1983) juga berpendapat bahwa peran hormon pertumbuhan yang umum sebagai suatu promotor sintesis protein adalah terbatas dikarenakan pelepasannnya tidak berhubungan dengan kadar glukosa darah dan asam amino. Penelitian ini menunjukan bahwa sintesis protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsum tulang, mukosa lambung, atau otak terjadi selama istirahat dan tidur (Oswald, 1984)

3. Menyimpan energi selama tidur

Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energy kimia untuk proses seluler. Penurunan laju metabolic basal lebih jauh menyimpan persediaan energy tubuh (Anch dkk, 1988)

4. Pemulihan kognitif

Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah selebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran. Selama tidur otak menyaring informasi yang disimpan tentang aktivitas hari tersebut.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR

1. Penyakit fisik

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, keridaknyamanan fisik (mis. Kesulitan bernapas), atau masalah suasana hati, seperti kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah kesulitan tertidur. Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai contoh, memperoleh posisi yang aneh saat tangan atau lengan dimobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur.

2. Obat-obatan dan Substansi

Dari daftar obat di PDR 1990, dengan 584 obat resep atau obat bebas menuliskan mengantuk sebagai salah satu efek samping, 486 menulis insomia, dan 281 menyebabkan kelelahan (Buysse, 1991). Mengantuk dan deprivasi tidur adalah efek samping medikasi yang umum. Medikasi yang di resepkan untuk tidur seringkali memberi banyak masalah daripada keuntungan. Orang dewasa muda dan orang dewasa tengah dapat tergantung pada obat tidur untuk mengatasi stressor gaya hidupnya. Lansia seringkali menggunakan variasi obat untuk mengontrol atau mengatasi penyakit kroniknya, dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat mengganggu tidur secara serius. L-triptofan, suatu protein alami ditemukan dalam makanan seperti susu, keju, dan daging, dapat membantu orang tidur.

3. Gaya hidup

Rutinitas seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang bekerja bergantian berputar (mis. 2 minggu siang diikuti oleh 1 minggu malam) seringkali mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Jam internal tubuh diatur pukul 22, tetapi sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu mampu untuk tidur hanya selama 3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempresepsikan bahwa ini adalah waktu terbangun dan katif. Kesulitan mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan bahkan penampilan yang berbahaya. Setelah beberapa minggu kerja pada dinas malam hari, jam biologis seseorang biasanya dapat menyesuaikan. Perubahan lain dalam rutinitas yang mengganggu pola tidur meliputi kerja berat yang tidak biasanya, terlibat dalam aktivitas social pada larut malam, dan perubahan waktu makan malam.

4. Stress emosional

Stress emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stress juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selam siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stress yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk.

5. Lingkungan

Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpangaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Tempat tidur rumah sakit seringkali lebih keras daripada di rumah. Jika seseorang biasanya tidur dengan individu lain, maka tidur sendiri menyebabkan ia terjaga. Sebaliknya, tidur tanpa ketenangan atau teman tidur yang mengorok juga mengganggu tidur.

6. Latihan fisik dan kelelahan

Seseorang yang kelelahan menengah biasanya memperoleh tidur yang mengistrahatkan, khususnya jika kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan yang menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu keadaanyang meningkatkan relaksasi. Akan tetapi kelelahan yang berlebihan yang dihasilakan dari kerja yang meletihkan atau penuh stress membuat sulit tidur. Hal ini dapat menjadi masalah yang umum bagi anak sekolah dan remaja.

7. Asupan makanan dan kalori

Makan besar, berat , dan/atau berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan tidak dapat dicerna yang mengganggu tidur. Kafein dan alcohol yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi insomia sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastis adalah strategi penting yang digunakan untuk meningkatkan tidur. Alergi makanan menyebabkan insomia . pada bayi, terbangun pada malam hari dan menangis atau kolik dapat disebabkan alergi susu yang membutuhkan penggunaan ASI ibu atau formula bukan susu. Selain susu, makanan lain yang serng menyebabkan alergi penghasil insomia diantara anak-anak dan orang dewasa meliputi jagung, gandum, kacang-kacangan, coklat, telur,ikan laut, pewarna makanan warna merah dan kuning, dan ragi (Hauri dan Linde, 1990). Perbaikan tidur yang normal memerlukan waktu sampai 2 minggu jika makanan tertentu yang menyebabkan masalah telah dihilangkan dari diet.

Kehilangan atau peningkatan berat badan mempengaruhi pola tidur. Ketika seseorang bertambah berat badannya, maka periode tidur akan menjadi lebih panjang dengan lebih sedikit interupsi. Kehilangan berat badan menyebabkan tidur pendek dan terputus-putus. Gangguan tidur tertentu dapat dihasilkan dari diet semipuasayang popular didalam kelompok masyarakat yang sadar berat badan.

GANGGUAN TIDUR

1. Insomnia

Insomnia adalah gejalah yang dialam oleh klien yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan/atau tidur singkat atau tidur nonrestoratif (Zorich, 1994). Penderita insomnia mengeluh rasa kantuk yang berlebihan di siang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup. Namun seringkali klien tidur lebih banyak dari yang disadarinya. Insomnia dapat menandakan adanya gangguan fisik atau psikologis.

2. Apnea tidur

Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebh pada saat tidur. Ada tiga jenis apnea tidur yaitu apnea sentral, obstruktif, dan campuran yang mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif.

Apnea tidur obstruktif, terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorok rileks pada saat tidur. Jalan napas atas menjadi tersumbat sebagian atau seluruhnya, dan aliran udara pada hidung berkurang atau berhenti selama 30 detik. Sedang apnea tidur sentral melibatkan disfungsi pada pusat pengendalian pernapasan di otak. Impuls untuk bernpas sementara terhenti dan lairan udara pada hidung dan gerakan dinding dada juga terhenti. Saturasi oksigen dalam darah menurun. Kondisi ini terjadi pada klien yang mengalami cedera pada batang otak, distrofi, dan ensefalitis dan juga orang yang bernapas normal disiang hari.

3. Narkolepsi

Narkolepsi adalah disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun dan tidur. EDS adalah keluhan utama paling sering yang berkaitan dengan gangguan ini. Disiang hari seseorang dapat merasakan kantuk belebihan yang dating secara mendadak dan jatuh tertidur. Tidur REM data terjadi dalam 15 menit sewaktu tidur. Katapeksi atau kelemahan otot- otot tiba-tiba disaat emosi sedang kuat seperti marah,sedih atau tertawa dapat saja terjadi kapan saja disiang hari. Apabila serangan kata pleksi parah, klien dapat kehilangan control otot volunteer dan jatuh kelantai. Individu yang menderita narkolepsi dapat mengalami mimpi hidup yang terjadi pada saat orang tersebut tertidur,mimpi yang sulit dibedakan dengan realita ( disebut halusinasi hipnogik). Paralisis tidur atau perasaan tidak mmpu bergerak atau berbicara tepat sebelum terbangun atau tertidur merupakan gejala yang lain.

Masalah signifikan untuk individu yang menderita narkolepsi adalah bahwa orang tersebut jatuh tertidur tanpa bisa dikendalikan pada waktu yang tidak tepat. Serangan tidur dapat dengan mudah disalahartikan dengan kemalasan,kurang minat dengan aktivitas atau mabuk kecuali jika gangguan ini dipahami. Umumnya gejala pertama,mulai muncul pada remaja dan dapat disalahartikan dengan EDS yang juga banyak terjadi pada remaja. Penderita narkolepsi diobati dengan stimulant yang hanya dapat meningkatkan sebagian kesiagaan dan mengurangi serannnga tidur serta obat yang menekan katapleksi dan gejala lain terkait dengan REM. Tidur siang singkat tidak lebih dari 20 menit dddapat membantu mengurangi perasaan mengantuk yang subjektif . factor-faktor yang meningkatkan rasa kantuk pada klien narkolepsi (mis, alcohol atau aktivitas yang melelahkan ) harus dihindari.

4. Deprivasi tidur

Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat disommia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (mis,demam ,sulit bernapas,atau nyeri),stress emosional,obat-obatan,gangguan lingkungan (mis,asuhan keperawatan yang sering dilakukan ) dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait denagan waktu kerja.

5. Parasomnia

Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome, SIDS) dihipotesis berkaitan dengan apnea,hipoksia dan aritmia jantung yang disebkan oleh abnormalitas dalam system saraf otonom yang dimanifestasikan selama tidur ( Giliss dan Elemons,1994). Parasomnia yang terjadi pada anak-anak meliputi somnabulisme (berjalan dalam tidur),terjaga malam,mimpi buruk,enuresis nocturnal (ngompol) dan menggeretak an gigi (bruksisme) (mindell,1993

TAHAPAN TIDUR

1. Rapid Eye Movement (REM) Sleep

Pada waktu tidur, mata bergerak dengan cepat walaupun seseorang sedang tidur.

2. Non-Rapid Eye Movement (NREM) Sleep atau tidur

gelombang lambat (slow-wave sleep)

Pada waktu tidur, aktifitas listrik otak yang direkam dengan EEG sangat lambat.

Selama tidur, seseorang akan mengalami kedua jenis tidur ini saling bergantian satu sama lainnya. Sebagian besar waktu tidur setiap malam merupakan tidur jenis NREM atau tidur gelombang lambat.

TIDUR NREM

TAHAP PERTAMA

v Terjadi pada saat seseorang baru saja terlena, dimana gambaran elektroensefalograf (EEG) yang terlihat berupa amplitudo yang rendah atau penurunan voltase, dengan frekwensi yang cepat (20-30 Hz). Pada tidur tahap pertama ini otot menjadi lemas, kelopak mata menutupi mata dan bola mata bergerak bolak-balik ke arah samping

v Lamanya tahap ini sekitar 10 menit

v Gambaran gelombang alpha-theta

TAHAP TIDUR KEDUA

v Ditandai oleh timbulnya gelombang yang mempunyai frekwensi 14-16 Hz yang disebut gelombang tidur

v berhenti bergerak, tetapi tonus otot masih terpelihara.

v Masih terdapat gelombang theta

v Lama tahap ini 15 menit

v Orang yang dibangunkan pada tahap ini atau sleep spindles dan k kompleks

v Pada tahap ini bola mata mulai akan mengatakan”belum tidur”

TAHAP KETIGA

v Tahap ini didominasi oleh gelombang Delta dengan frek < style=""> 25-50%

v Sedikit gelombang Theta

v Kumparan sleep spindle dan k kompleks tidak tampak

v Gelombang otak semakin lambat

TAHAP KEEMPAT

v Tahap ini didominasi lebih oleh gelombang delta (>50%)

v Ditandai dengan gelombang yang menjadi sangat lambat,tanpa disertai sleep spindle

v Seseorang menjadi lemah lunglai oleh karena tonus otot sangat rendah, dan bola mata berhenti bergerak.

v Ini adalah gambaran tidur dengan gelombang lambat yang ritmis akibat aktifitas otak yang sangat sinkron (synchronized brain activity).

v Orang yang dibangunkan pada tahap ini akan mengalami “kebingungan”

FISIOLOGI TIDUR

Pusat pengaturan siklus tidur secara alami berada pada batang otak yaitu:

1.Sistem aktivasi retikular (retikularis activating

system/RAS)

2.Region sinkronisasi bulbaris (bulbar synchronizing

region/BSR).

Formasi retikularis ini bergerak melalui medula oblongata, pons, otak tengah ke hipotalamus.

FORMASIO RETIKULARIS

Formasio retikularis merupakan inti retikular otak menempati bagian midventral medula oblongata dan otak tengah (mid brain). Secara anatomik bagian ini tersusun oleh serat-serat dan kelompok-kelompok saraf dengan fungsi tersendiri. Bagian ini banyak berperan dalam pengaturan frekuensi denyut jantung, tekanan darah,dan pernapasan. Dan bagian ini berperan penting dalam mempertahankan keadaan bangun atau terjaga (arousal)

Daerah penggugah (arousal) pada formasio retikularis ini dikenal sebagai Sistem Aktifasi Retikularis Asendens [SARA].

SISTEM AKTIVASI RETIKULARIS

Merupakan jalur polisinaps yang sangat kompleks. Serabut-serabut kolateralnya tidak hanya berhubungan dengan serabut-serabut sensoris, tetapi juga dengan sistim trigeminalis, sistim auditoris, sistim visualis dan sistim olfaktorius.

Sistim Aktifasi Retikularis mempunyai hubungan yang erat dengan aktifitas listrik korteks serebri. Beberapa bagian tertentu dari korteks memberi proyeksi serabut ke sistim aktifasi retikularis dan memberi kontribusi terhadap kesadaran kita

TEORI DASAR TENTANG TIDUR

1. Tidur adalah proses pasif.

Dikatakan bahwa SARA mempunyai irama sehari-hari yang bersifat endogen. Jika SARA mengalami kelelahan akibat aktifitasnya selama periode sadar, maka eksitabilitasnya akan menurun sehingga menjadi tidak aktif. Dengan demikian akan terjadi tidur. Teori ini disebut sebagai teori pasif mengenai tidur. Namun hasil penelitian yang intensif mengubah pandangan ini, dari sekarang disepakati bahwa tidur merupakan proses aktif.

2. Tidur adalah proses aktif.

Bila pengaruh arousal dari SARA ditekan (inhibisi) oleh suatu pusat aktif pada batang otak maka terjadi tidur. Teori ini disebut teori aktif mengenai tidur.

Pada diensephalon terdapat suatu pusat tidur yang disebut zona hipnogenik, yang aktifitasnya menghambat SARA. Perangsangan zona ini pada hewan percobaan menyebabkan terjadinya tidur. Daerah pada diensephalon tersebut meliputi bagian rostral hipotalamus, terutama daerah suprakhiasma, dan nukleus tertentu yang tersebar di thalamus. Kerusakan pada daerah-daerah tersebut diatas akan menyebabkan seseorang tidak dapat tertidur, dan selalu berada dalam keadaan terjaga.

PENGATURAN TIDUR

Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam sistem saraf periferal, endokrin, kardovaskular, pernapasan dan muskular (Robinson, 1993). Tiap rangkaian diidentifikasi dengan respons fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur.

Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga, dan yang lain menyebabkan tertidur.

Sistem aktivasi retikular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas. SAR dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri, dan taktil. Aktivitas korteks serebral (mis. proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun merupakan hasil dari neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti norepinefrin (Sleep Research Society, 1993).

Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam sistem tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar synchronizing region, BSR). Apakah seseorang tetap terjaga atau tertidur tergan­tung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi (mis. pikiran), reseptor sensori perifer (mis. stimulus bunyi atau cahaya) dan sistem limbik (emosi).

Ketika orang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur.

BAHAN KIMIA YANG BERPERAN DALAM PROSES TIDUR

5

Perangsangan pada raphe nuclei di seperdua bagian bawah pons dan pada medulla oblongata akan menyebabkan tidur yang alamiah. Ujung-ujung neuron dari daerah ini menghasilkan serotonin yang merupakan neurotransmitter yang berperanan dalam proses tidur.

norepinefrin diduga juga memegang peranan dalam proses tidur

1 komentar:

Anonim mengatakan...

assalmu'alaikum
mohon maaf
saya tertarik dengan posting mengenai fungsi tidur
boleh saya tau referensi bukunya apa saja?
mohon bantuannya