Me-recharge Energy Cinta
Kalau kita mau merenung sejenak memperhatikan apa yang ada di sekeliling kita, maka kita akan melihat bahwa sangat banyak cinta yang telah kita peroleh. Cinta dari kedua orang tua, kakak dan adik kita, sahabat-sahabat, guru, tetangga bahkan dari orang-orang yang tidsk pernah kita duga sebelumnya, mereka senantiasa memberikan cintanya kepada kita. Sebagian mungkin tidak tercetus secara lisan, tapi getaran itu tetap tertangkap melalui tindakan mereka, dan mewarnai hari-hari kita. Bahkan dari mahluk selain manusia pun, kita senatiasa mendapatkan cinta itu.
Ingatkah bahwa matahari hari ini masih bersinar untuk memebntu proses fotosintesis tumbuhan, yang kemudian menghasilkan O2 untuk kita hirup? Ingat juga ketika semalam kita memandangi bulan yang menebarkan cahaya dengan cantiknya untuk menemani kegelapan sang malam? Bahwa angin laut dan gelombang telah dan akan senantiasa membantu manusia dalam menepikan ikan untuk ditangkap? Atau perasaan senagn kita saat tergelak memperhatikan seeokor kucing yang terbekit benang rajutan? Atau kedamaian yang kita rasakan saat melihat sepasang angsa berenang dengan anggunnya di tengah danau? Subhanallah . . .
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripadaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir” (QS. Al-Jaatsiyah:13)
Begitu banyak energy cinta yang telah di transfer kedalam kehidupan kita, bukankah akan sangat adil jika kita ingin membalas semua cinta itu dengan energy yang sama, atau bahkan lebih besar? Bahkan dalam ilmu fisika pun ,kita mmepelajari tentang hukum kekekalan energi. Setiap energy yang kita keluarkan untuk sekitar kita, ia tidak akan pernah hilang menguap begitu saja. Energi itu pasti akan kembali kepada kita, terkadang setelah bertrasformasi ke dalam bentuk yang lain.
Namun kita sabagai seorang muslim yang sadar tentang arti cinta yang sesunguhnya tentu menyadari bahwa hany ketulusanlah yang mamou menebar energy cinta itu. Cukuplah kita mengharapkan penegmbalian energy itu dalam bentuk pahala dan catatan amal kebaikan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala
Pada hari ini tiap-tiap jiwa di beri balasan dengan apa yang diusahaknnya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya (QS. Mukmin : 17)
Sampai detik ini, semoga secara diam-diam telah terbesit di hati sebuah keinginan untuk membagi energy cinta itu, lalu bersama-sama kita bertanya : bagaimana caranya? Maha besar Allah yang telah menyiapakan jawaban atas pertanyaan itu. “ sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang” (QS. Maryam : 96)
Subhanallah . . . lihatlah! Ternyata rasa sayang itu akan Allah tanamkan ke dalam hati orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. Tentu saja rasa kasih saying yang dimaksud disini adalah yang sesuai dengan syariat islam, kasih sayang yang bernilai ibadah, menjadikan orang-orang yang melaksanakannya mendapat naungan Allah pada hari dimana tiada naunagn kecuali dari-Nya, kasih sayang yang membawa orang-orang yang melaksanakannya naik keatas mimbar cahaya dan membuat iri para Nabi dan Syuhada.
Manusia adalah mahluk social. Setiap hari kita dituntut untuk berinteraksi dengan berbagai macam orang. Mulai dari membuka mata, hingga ketika kita akan menutupnya untuk menunaikan hak istrahat tubuh di waktu malam, kita senatiasa akan bertemu dengan berbagai macam orang. Berinteraksi, sesungguhnya adalah salah satu cara kita untuk memberi energy cinta kepada sekitar kita.
Pada alam kita member cinta, dengan menjaga keseimbangannya dan tidak membuat kerusakan. Pada hewan dan tumbuhan pun kita member cinta, dengan memberikan hak mereka ketika menjadi tanggungan kita,menampakkan ahlak yang terbaik. Dan pada manusia, transfer energy cinta itu dapat kita lakukan dalam berbagai cara, baik langsung maupun tidak.
Mungkin kita bisa menganalogikan hati manusia seperti sebuah kolam penampungan. Di dasar kolam itu terdapat banyak keran yang dapat di buka/tutup untuk pengaturan keluarnya isi kolam. Tentu saja, keran itu akan mengalirkan apa yang ditampung dalam kolam hati kita. Dan sebuah keniscayaan akan berlaku, ketika keran tersebut di buka terus menerus tanpa ada aliran masuk kembali, kolam itu akan menjadi kering. Maka berinteraksi adalah aktivitas kita dalam membuka “keran” untuk mencurahkan energy cinta. Dan agar kasih sayang sebenarnya yang teralirkan, “kolam” tersebut haruslah diisi dengan materi yang sama, yaitu cinta dan kasih sayang.
Kembalilah sejenak untuk membaca firman Allah diatas. Untuk menanamkan kasih sayang di ahti kita, kuncinya adalah beriman dan beramal sholeh. Amrilah me-recharge energy cinta kita hanya dari sumber cinta yang abadi, Dia yang memiliki cinta yang tak terperi, cinta yang sangat sempurna. Mari, kisa isi kembali energy cinta di hati kita dengan shalat-shalat khusyu’ kita, tilawah-tilawah tartil kita, shaum sunnah kita, sedekah dan infak kita hari ini, doa-doa panjang kita di waktu malam, serta dari semua pos ibadah dan amal sholeh yang telah Allah sediakan bagi kita.
Karena, untuk membuka “ keran” pencurahan energy cinta dari “kolam” penampungan yang ada pada hati ini, terlalu sombong rasanya jika kita tidak pernah mengisi kolam tersebut dengan energy cinta dari-Nya. Ya, jika kolam iu sudah kering apa yang harus kita bagi?
0 komentar:
Posting Komentar