Cermin Muslimah
Sebutlah Fulanah muslimah yang baru saja hijrah ke jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ketika hidayah itu datang, dan ia memilih untuk bergabung dalam suatu kafilah dakwah, maka sejak hari itu pun aktivitas kesehariannya menjadi berubah: kuliah, ta’lim, musyawarah, dan aktivitas-aktivitas dakwah lainnya. Amat sangat berbeda dengan keadaan sebelumnya yang penuh dengan hura-hura dan kesia-sian.
Seiring berjalannya waktu, amanah dakwah pun mulai ia emban. Awalnya adalah seorang anggota departemen yang mungkin pada saat itu ia pun sendiri tidak terlalu mengerti dengan apa yang ia pikul. Hingga Allah menakdirkannya untuk memikul suatu amanah yang pada saat itu terasa amat berat baginya. Menjadi seorang Sekretaris Mushalla yang berada di Faklutasnya. Berbekal ilmu yang ia peroleh di halaqah tarbiyah plus ta’lim dan musyawarah-musyawarah, ia pun menjalankan amanah yang diberikan kepadanya. Kesibukan dengan aktivitas dakwahnya, kadang membuatnya lupa dengan jadwal kuliah yang merupakan tugasnya sebagai seorang mahasiswa. Namun hal itu tidak menjadi suatu yang harus dipermasalahkan, karena ia yakin, barang sipapa yang menolong agam Allah, maka Allah akan menolongnya dan memudahkan segala urusannya, namun bukan berarti ia meninggalkan semua aktivitas dunianya. Dan itu ia buktikan selama bergelut dengan amanah-amanah dakwah.
Saat itu, amanah yang harus diselesaikannya adalah menyelesaikan Laporan Pertanggungjawaban ( LPJ ) Kepengurusan Mushalla, yang hari itu juga harus diselesaikannya, karena akan diserahkan kepada pengurus ikhwa (laki-laki). Ia p[un sibuk mengurus lembar-lembar LPJ tersebut bersama dengan Wakil Ketuanya (akhwat) dari pagi hingga menjelang dhuhur. Namun karena ada sedikit kesalahan teknis, maka mereka berdua harus kembali ke rumahny, karena ada sebagian file LPJ yang masih tertinggal di rumahnya. Padahal lembar LPJ tersebut harus diserahkannya ba’da ashar.sesampai dirumhanya, dan membuka file-file yang ada di computer, ternyata flash disk yang digunakan bermasalah (bervirus) sehingga semua file yang ada dilayar komputer menjadi hilang dan terhapus. Hal tersebut membuatnya menjadi panik. Yang ia bayangkan adalah bagaimana komentar ikhwa tentang amanah yang sedang diselesaikannya…ditambah pada saat itu ia menerima telepon dari teman kuliahnya yang ternyata hari itu tepat pukul 15.00 WITA ujian praktikum salah satu mata kuliahnya yang merupakan penentuan kelulusan mata kuliah tersebut, sedangkan pada saat itu jarum jam sudah menunjukkan pukul 14.45, bisa dibayangkan betapa paniknya ia pada hari itu, Qadarullah…semuanya telah terjadi. Kalaupun ia ke kampus dan mengikuti ujian tersebut, dengan resiko ia terlambat dan kemungkinan tidak diizinkan untuk masuk ruangan, kalaupun ia ia diizinkan untuk masuk ia yakin tidak aka nada satu soal pun yang bisa dijawabnya, karena memang sebelumnya tidak ada persiapan sama sekali. Maka daripada tidak ada satu pun yang bisa ia dapatkan, ia pun memilih untuk tidak mengikuti ujian dan harus menerima resikonya yakni TIDAK LULUSmata kuliah tersebut. Dan itu yang dipilihnya. Setelah menerima telepon tersebut, dan telah bulat tekadnya untuk tidak mengikuti ujian, ia bersama wakil ketuanya berusaha memperbaiki file LPJ yang error tersebut dan membawa computer yang bermasalah ke servis komputer. Alhamdulillah, pertolongan Allah pada amanah yang dipikulnya. File LPJ tersebut berhasil dilacak oleh servicer, dan komputernya pun bisa diperbaiki. Lembar LPJ-nya pun diserahkan ke ikhwa tepat pada waktunya…
Keesokan harinya, ia berusaha menghadap ke koordinator praktikum untuk meminta keringanan agar dapat diizinkan untuk mengikuti ujian susulan. Tapi sekali lagi Qadarullah… tidak ada keringanan bagi yang tidak punya alasan selain sakit. Akhirnya, pengumuman hasil ujian punpun keluar dan ditempelkan di papan pengumuman. Namanya termasuk deretan nama-nama yang tidak lulus mata kuliah itu. Dan itu artinya ia tidak lulus mata kuliah itu. Menghadap ke dosen sudah dilakukannya, tapi sekali lagi Qadarullah…mata kuliah itu tidak menerima alasannya.
Tibalah waktunya ujian final. Walaupun ia sudah dikatakan tidak lulus mata kuliah tersebut, namun ia tetap datang untuk mengikuti ujian final. Di depan pintu ruang ujian, ia dianjurkan oleh asisten yang bertugas mengawas pada saat ujian, untuk tidak usah mengikuti ujian final, alasannya walaupun mengikuti ujian tersebut, tapi tetap tidak akan lulus. Namun, dengan alsannya bahwa ia hanya ingin menguji dirinya sendiri tentang nata kuliah tersebut. Walaupun memang ia sudah yakin tidak lulus. Akhirnya ia di ijinkan masuk, namun tidsk terdaftar sebagai peserta ujian.
Tibalah saatnya waktu keluar nilai akhir dari mata kuliah tersebut. Dan masya Allah, Allah membuktikan janjiNya. Namanya terpampang sebagai salah seorang yang mendapat nilai A. Malahan beberapa orang temannya yang lulus ujian praktikum saat itu ada yang tidak lulus mata kuliah tersebut. Haru dan Syukur mengiringi hatinya yang bertekad untuk tetap semangat dan tetap istiqomah untuk berada di jalan dakwah sebagai ansharullah, penilong agama Allah. ”intanshurullah yanshurkum . . .”. Barang siapa menolong agam Allah, niscaya Allah akan menolongnya.